Saturday, March 22, 2014

Sang Patriot


Sejak kelahiranku sampai berpindahnya aku dari Kabupaten Lumajang ke Ibukota, aku belum pernah mendengar sesosok pahlawan yang bernama Sroedji. Meski memang aku seringkali melewati jalan Sroedji (biasa disebut Seruji) yang terletak di Kel. Ditotrunan Kec. Lumajang. Tapi mengenai siapa dan dari mana nama itu, aku belum pernah mendengarnya.

Sekitar setahun yang lalu seorang sahabat dan panutan, Irma Devita (Mba Irma) menyampaikan niatnya untuk menulis buku mengenai seorang pahlawan yang pernah berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik ini dan pernah menjadi Komandan di Lumajang. Hal ini tentu membuat aku penasaran. Karena segala hal tentang Kabupaten Lumajang selalu aku banggakan sebagai anak 'daerah'. Dan jika pahlawan yang ingin ditulisnya ini pernah berjuang di Lumajang, rasa 'wajib tahu-ku' meningkat.

Kisah perjuangan Letkol Mochammad Sroedji yang adalah kakek dari Irma Devita dituangkan dengan sangat apik dalam novel dengan genre romance berjudul 'Sang Patriot' yang akhirnya menjadi salah satu koleksi bacaan favoritku.

Masa-masa Agresi Militer Belanda ke Indonesia yang menumpahkan banyak darah dan menyisakan luka pada keluarga pejuang namun dihiasi romansa Moch. Sroedji dan istrinya Rukmini membuat novel ini sangat menyentuh dan mudah dinikmati.

Kisah yang diceritakan di novel ini menarik untukku karena di dalamnya digambarkan bagaimana perjuangan seorang pahlawan Republik ini mempertahankan kemerdekaan pada masa itu. Pengorbanan yang tak terhitung dan harga yang sangat mahal harus dibayar demi kita yang saat ini bisa menghirup udara kebebasan dan kemerdekaan. Contohnya ketika Rukmini, istri Sroedji dalam keadaan hamil tua (hampir 8 bulan) harus berjalan kaki dari Jember ke Kediri (hampir 300km) supaya tidak ditangkap oleh tentara Belanda. Perjalanan itu ditempuh melalui hutan dan perbukitan dan tidak luput dari kekurangan bahan makanan. Belanda tahu bahwa titik lemah Sroedji ada pada keluarganya, makanya Rukmini dan anak-anaknya juga harus diselamatkan dari sergapan Belanda yang terus menerus mencari keberadaan mereka.

Sebagai seorang Komandan, Sroedji hanya dapat menemui istri dan anak-anaknya beberapa bulan sekali. Rasa rindunya terhadap keluarga dikalahkan oleh rasa cintanya kepada negeri dan rasa tanggung jawab sebagai pemimpin pasukan serta mimpinya supaya anak cucunya bisa hidup merdeka.

Keteladanan dan kharisma Sroedji sebagai pemimpin sangat tersohor tidak hanya di kalangan pejuang, tapi juga rakyat dan bahkan tentara Belanda. Meski tidak dapat dipungkiri, ada saja pengkhianat bangsa yang akhirnya mengakibatkan tewasnya Sroedji dan para pejuang gigih yang menyertainya dengan membocorkan semua rencana gerilya pasukan Sroedji.

Membaca buku ini selain meningkatkan rasa patriotisme, aku juga merasa bersyukur, ada orang-orang yang pada zaman itu mau berjuang dan berkorban bahkan merelakan nyawanya demi kemerdekaan bangsa ini.

Di samping kisah pilu dari perjuangan Sroedji dalam buku ini, sisi cerita bahagia yang bisa kubayangkan dari kisah sejarah ini adalah pada zaman itu Rukmini sangat ingin sekolah di Belanda dan menjadi Meester in de Rechten. Tapi cita-cita itu tidak dapat ia wujudkan karena akhirnya dia harus memilih mendampingi perjuangan Sroedji dan membesarkan anak-anak mereka. Tapi hari ini, anak dan cucunya adalah lulusan pendidikan hukum dari Universitas Indonesia dan menjadi praktisi hukum yang dikenal banyak orang.

Akhirnya, cita-citamu diwujudkan juga, Bu Rukmini. Perjuangan yang dilalui memang tidak pernah sia-sia.

Terima kasih Mba Irma yang menuliskan kisah ini dan semoga selalu bermanfaat bagi banyak orang.

Salam hormat.



4 comments:

  1. Terima kasih ya diana buat reviewnya yang sungguh keren.. terima kasih juga sudah berpartisipasi menyemarakkan kontes review novel Sang Patriot. :)

    ReplyDelete
  2. Mbak Diana, terima kasih atas partisipasinya :)

    ReplyDelete
  3. @Mba Irma: sama-sama, Mba. My pleasure :)

    @Mas RZ Hakim: sama2 :)

    ReplyDelete