Sunday, June 15, 2014

Pemilu 2014 Prabowo-Hatta vs Jokowi-JK

Di tahun politik ini sepertinya Indonesia berada di suatu “pertaruhan” akbar yang tidak bisa dipandang remeh. Seluruh rakyat Indonesia akan diberikan kesempatan untuk melaksanakan hak kewarganegaraannya yaitu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang. Pilihan yang tidak mudah dan akan turut menentukan kemana bangsa ini akan dibawa.

Disini saya tidak akan menyampaikan pandangan saya terhadap para calon Presiden dan Wakil Presiden, tapi hanya akan share informasi untuk kita mengenal lebih jauh calon-calon yang ada. Kita bisa turut menyaksikan debat-debat capres dan cawapres yang diselenggarakan KPU dengan jadwal berikut:

1.  9 Juni 2014 : Debat capres-cawapres - Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Kepastian Hukum (disiarkan SCTV, Indosiar dan BeritaSatu).
2.  15 Juni 2014 : Debat Capres - Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial (Disiarkan MetroTV dan Bloomberg).
3.  22 Juni 2014 : Debat Capres - Politik Internal dan Ketahanan Nasional (Disiarkan TV One dan ANTV)
4. 29 Juni 2014 : Debat Cawapres – Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK (Disiarkan RCTI dan MNCTV).
5.  5 Juli 2014 : Debat Capres-Cawapres – Pangan, Energi dan Lingkungan (Disiarkan TVRI dan Kompas TV).

Selain itu, visi misi para kandidat bisa Anda baca secara lengkap di link berikut ini:
Kandidat nomor urut 1: Visi Misi Prabowo - Hatta
Kandidat nomor urut 2: Visi Misi Jokowi - JK

Selain 2 pilihan di atas, memang ada 1 pilihan lain yang dihadapkan kepada rakyat Indonesia yaitu dengan menjadi golput, namun dengan memilih untuk golput menurut pandangan saya menunjukkan rendahnya kepedulian kita terhadap bangsa dan nasib anak cucu kita sendiri. Untuk itu, gunakan hak pilih Anda dan mari kita berdoa dan turut berupaya untuk melihat bangsa Indonesia yang lebih baik.

Semoga bermanfaat.

Saturday, April 26, 2014

Imago Creative Conference 2014

Hari ini saya menghadiri "Imago Creative Conference 2014" yang diselenggarakan oleh CBN (Cahaya Bagi Negeri). Memang sebenarnya acara ini tidak secara langsung terkait dengan profesi saya, tapi selain memang saya menaruh minat pada hal-hal kreatif, saya juga tertarik dengan tujuan dari acara ini yaitu untuk "memberikan inspirasi dan memperlengkapi para pemimpin untuk berkarya dengan cara-cara yang lebih kreatif dan kontekstual, apapun bidangnya, karena di masa kini hampir semua bidang menuntun kreatifitas yang unggul".

Dalam conference itu hadir beberapa pembicara yang cukup "berpengaruh" di antaranya:
1. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), wakil gubernur DKI Jakarta saat ini;
2. Fofo Sariaatmadja, Komisaris PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) dan PT Surya Citra Televisi (SCTV), sekaligus mantan Presiden Direktur SCTV;
3. Eko Nugroho, pendiri dan pemilik Dreamlight Studios;
4. Yenny Wahid, putri almarhum Gus Dur sekaligus Direktur the Wahid Institute;
5. Ulil Abshar Abdalla, Direktur Freedom Institute dan Direktur program Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP);
6. Romo Franz Magnis Suseno, rohaniwan Katolik sekaligus tokoh sosial yang dikenal masyarakat luas;
7. Danny Oei, co-founder dan CEO dari Mindtalk.com yang juga adalah tokoh di balik transformasi Kaskus.

Para pembicara tersebut membagikan nilai-nilai yang mereka pegang dan pengalaman yang telah mereka lalui untuk menginspirasi peserta yang hadir yang mayoritas adalah creative workers terutama agar setiap peserta dengan keahlian atau skill yang dimiliki bisa membawa perubahan di Indonesia ke arah yang lebih baik.

Satu kisah yang membekas di benak saya adalah kisah masa kecil Ulil. Ulil menceritakan bahwa dia dilahirkan di keluarga yang pada waktu itu serba berkekurangan dan Ulil tidak pernah mendapatkan uang saku untuk bisa membeli buku. Tapi kondisi itu tidak memupuskan semangat dan kesukaannya terhadap membaca. Dari uang saku yang dia punya, Ulil kerap dan secara rajin membeli koran bekas seharga Rp20,- yang telah dia seleksi khususnya pada bagian opini. Dengan membayarkan Rp20,- dia bisa mendapatkan 15-20 koran bekas yang kemudian diklipingnya dan dikumpulkannya hingga menjadi ribuan kliping. Determinasi dan kesungguhan yang sama bisa dilihat ketika dia kemudian menjadi penyuka puisi W.S. Rendra. Dari koran-koran bekas yang dibelinya, Ulil kemudian "jatuh cinta" pada puisi-puisi W.S. Rendra dan dia sangat ingin memiliki buku W.S. Rendra yang berjudul Balada Orang-Orang Tercinta.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Suatu hari seorang teman Ulil yang berasal dari keluarga cukup berada membeli buku Balada Orang-Orang Tercinta. Mengetahui itu, Ulil menjadi sangat bersemangat. Kemudian Ulil meminjam buku tersebut selama 3 hari dan selama 3 hari itu Ulil menyalin buku tersebut dengan tulisan tangan supaya Ulil bisa membaca puisi-puisi tersebut setiap hari. Menurutnya, puisi-puisi itulah yang menginspirasi dia hingga sekarang. Dari kisahnya itu, Ulil mendorong peserta yang hadir untuk tetap menulis, karena kita tidak pernah tahu apa yang kita tulis akan menginspirasi orang lain.

Satu hal yang luar biasa dari kisah yang diceritakan itu menurut saya adalah DETERMINASI dapat melampaui batasan-batasan yang ada dan memunculkan kreativitas untuk mencapai suatu tujuan. Salut.

Saturday, March 22, 2014

Sang Patriot


Sejak kelahiranku sampai berpindahnya aku dari Kabupaten Lumajang ke Ibukota, aku belum pernah mendengar sesosok pahlawan yang bernama Sroedji. Meski memang aku seringkali melewati jalan Sroedji (biasa disebut Seruji) yang terletak di Kel. Ditotrunan Kec. Lumajang. Tapi mengenai siapa dan dari mana nama itu, aku belum pernah mendengarnya.

Sekitar setahun yang lalu seorang sahabat dan panutan, Irma Devita (Mba Irma) menyampaikan niatnya untuk menulis buku mengenai seorang pahlawan yang pernah berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik ini dan pernah menjadi Komandan di Lumajang. Hal ini tentu membuat aku penasaran. Karena segala hal tentang Kabupaten Lumajang selalu aku banggakan sebagai anak 'daerah'. Dan jika pahlawan yang ingin ditulisnya ini pernah berjuang di Lumajang, rasa 'wajib tahu-ku' meningkat.

Kisah perjuangan Letkol Mochammad Sroedji yang adalah kakek dari Irma Devita dituangkan dengan sangat apik dalam novel dengan genre romance berjudul 'Sang Patriot' yang akhirnya menjadi salah satu koleksi bacaan favoritku.

Masa-masa Agresi Militer Belanda ke Indonesia yang menumpahkan banyak darah dan menyisakan luka pada keluarga pejuang namun dihiasi romansa Moch. Sroedji dan istrinya Rukmini membuat novel ini sangat menyentuh dan mudah dinikmati.

Kisah yang diceritakan di novel ini menarik untukku karena di dalamnya digambarkan bagaimana perjuangan seorang pahlawan Republik ini mempertahankan kemerdekaan pada masa itu. Pengorbanan yang tak terhitung dan harga yang sangat mahal harus dibayar demi kita yang saat ini bisa menghirup udara kebebasan dan kemerdekaan. Contohnya ketika Rukmini, istri Sroedji dalam keadaan hamil tua (hampir 8 bulan) harus berjalan kaki dari Jember ke Kediri (hampir 300km) supaya tidak ditangkap oleh tentara Belanda. Perjalanan itu ditempuh melalui hutan dan perbukitan dan tidak luput dari kekurangan bahan makanan. Belanda tahu bahwa titik lemah Sroedji ada pada keluarganya, makanya Rukmini dan anak-anaknya juga harus diselamatkan dari sergapan Belanda yang terus menerus mencari keberadaan mereka.

Sebagai seorang Komandan, Sroedji hanya dapat menemui istri dan anak-anaknya beberapa bulan sekali. Rasa rindunya terhadap keluarga dikalahkan oleh rasa cintanya kepada negeri dan rasa tanggung jawab sebagai pemimpin pasukan serta mimpinya supaya anak cucunya bisa hidup merdeka.

Keteladanan dan kharisma Sroedji sebagai pemimpin sangat tersohor tidak hanya di kalangan pejuang, tapi juga rakyat dan bahkan tentara Belanda. Meski tidak dapat dipungkiri, ada saja pengkhianat bangsa yang akhirnya mengakibatkan tewasnya Sroedji dan para pejuang gigih yang menyertainya dengan membocorkan semua rencana gerilya pasukan Sroedji.

Membaca buku ini selain meningkatkan rasa patriotisme, aku juga merasa bersyukur, ada orang-orang yang pada zaman itu mau berjuang dan berkorban bahkan merelakan nyawanya demi kemerdekaan bangsa ini.

Di samping kisah pilu dari perjuangan Sroedji dalam buku ini, sisi cerita bahagia yang bisa kubayangkan dari kisah sejarah ini adalah pada zaman itu Rukmini sangat ingin sekolah di Belanda dan menjadi Meester in de Rechten. Tapi cita-cita itu tidak dapat ia wujudkan karena akhirnya dia harus memilih mendampingi perjuangan Sroedji dan membesarkan anak-anak mereka. Tapi hari ini, anak dan cucunya adalah lulusan pendidikan hukum dari Universitas Indonesia dan menjadi praktisi hukum yang dikenal banyak orang.

Akhirnya, cita-citamu diwujudkan juga, Bu Rukmini. Perjuangan yang dilalui memang tidak pernah sia-sia.

Terima kasih Mba Irma yang menuliskan kisah ini dan semoga selalu bermanfaat bagi banyak orang.

Salam hormat.