Thursday, July 26, 2012

Knowledge is Power


Saya menyukai sejarah. Saya menyukai buku-buku sejarah, bahkan melebihi kesukaan saya terhadap buku-buku hukum sebagai bidang yang saya geluti 8 tahun belakangan ini. 

Hari ini saya menemukan 1 buku yang lusuh di Perpustakaan Dan Lev berjudul, "Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia" (ditulis oleh Mr. Muhammad Yamin). Bukunya tipis, kecil, lusuh dan masih menggunakan ejaan lama. Yang membuat saya tertarik pada buku ini bukanlah penampilannya yang lusuh, tapi salah satu bagian di buku ini, tepatnya di halaman 11. Kata-kata di dalamnya membuat saya akhirnya meminjam buku ini. 

Berikut isi tulisan di halaman 11:
Pesan Bapak Tan Malaka Kepada Para Pemoeda
Dalam pertjakapan dengan seorang wartawan, Bapak Tan Malaka jang telah 23 tahoen lamanja meninggalkan Tanah Air Indonesia dan kini soedah kembali berada di tengah-tengah masjarakat Indonesia Merdeka, antara lain beliau menjatakan kegembiraan hatinja melihat perdjoeangan Rakjat Indonesia jang meloeap-loeap teroetama para pemoedanja. 
"Memang para pemoedalah jang mendjadi pelopor perdjoeangan Rakjat", kata beliau selandjoetnja - "djoega di negeri-negeri loearpoen begitoe". 
"Tetapi - kata beliau - hendaklah para pemoeda djangan selaloe bertempoer sadja. Karena perdjoeangan di lapangan lainpoen memerloekan tenaga pemoeda, teroetama di lapangan pembangoenan. 
Oleh sebab itoe di samping bertempoer, para pemoeda haroes mempergoenakan kesempatan oentoek beladjar". 

"PENDIDIKAN", itulah cara perjuangan kita sekarang :) 
Jangan pernah lelah untuk belajar, menambah ilmu dan meningkatkan pendidikan, karena apa yang kita pelajari sekarang bisa berguna untuk membantu hidup kita sendiri, juga hidup orang lain. Terus belajar dan terus berkarya :)

*Bagi kalian yang belum tahu siapakah Tan Malaka itu, informasi berikut saya kutip dari Wikipedia

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang,Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur,21 Februari 1949 pada umur 51 tahun)[1] adalah Bapak Republik Indonesia,[2] seorang aktivis pejuang kemerdekaan Indonesia, seorang pemimpin sosialis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal, dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.
Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan sosialis, ia juga sering terlibat konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai pahlawan nasional melalui Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963.[3]
Tan Malaka juga seorang pendiri partai PARI dan Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.
Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh sekelompok orang tak dikenal di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.[4]

Meskipun beliau (Tan Malaka) adalah pahlawan dari garis kiri, kita tetap bisa belajar dari beliau, yakni semangat perjuangan dan semangat belajarnya.

"Knowledge is Power" - Sir Francis Bacon